MateriPajak – Pajak Penghasilan (PPh) adalah salah satu jenis pajak yang wajib dibayar oleh setiap orang yang mendapatkan penghasilan. Namun, tidak semua jenis PPh memiliki karakteristik yang sama. Di antara jenis PPh yang ada, terdapat PPh tidak final. Apa itu PPh tidak final? Mari kita bahas lebih lanjut.
Apa Itu PPh Tidak Final?
PPh tidak final adalah jenis PPh yang tidak memberikan hak pemotongan PPh terhadap penghasilan tersebut pada masa yang akan datang. Artinya, setelah PPh dikenakan pada penghasilan tersebut, wajib pajak tidak perlu membayar lagi PPh pada masa berikutnya. Contoh PPh tidak final adalah PPh Pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 21.
Contoh PPh Tidak Final
Sebagai wajib pajak, kamu perlu mengetahui contoh PPh tidak final yang sering dikenakan. Berikut adalah beberapa contoh PPh tidak final yang perlu kamu ketahui:
PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 4 ayat (2) merupakan PPh yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak (WP) orang pribadi atau badan yang bukan pengusaha. Biasanya, PPh Pasal 4 ayat (2) dikenakan atas penghasilan dari pekerjaan bebas, royalti, atau hadiah undian.
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh WP yang memperoleh penghasilan yang bukan dari usaha atau pekerjaan yang dilakukan secara teratur. Contohnya adalah penghasilan dari bunga deposito atau hasil investasi.
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh WP yang melakukan kegiatan usaha yang membeli barang atau jasa dari pihak lain. Contohnya adalah penghasilan dari penjualan barang atau jasa yang dikenakan PPN.
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh WP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan yang dilakukan secara teratur. Contohnya adalah penghasilan dari penyediaan jasa konsultan atau penghasilan dari pekerjaan sebagai karyawan.
Cara Menghitung PPh Tidak Final
Setelah mengetahui contoh PPh tidak final, kamu perlu mengetahui cara menghitungnya. Perhitungan PPh tidak final dapat dilakukan dengan rumus:
PPh Tidak Final = Penghasilan Bruto x Tarif PPh Tidak Final
Penghasilan bruto adalah jumlah penghasilan sebelum dikurangi biaya-biaya yang diperoleh oleh WP. Sedangkan tarif PPh tidak final dapat dilihat pada tabel tarif PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23.
Keuntungan dan Kerugian PPh Tidak Final
PPh tidak final memiliki keuntungan dan kerugian yang perlu diketahui sebagai wajib pajak. Berikut adalah beberapa keuntungan dan kerugian PPh tidak final:
Keuntungan PPh Tidak Final
1. PPh tidak final memiliki tarif yang lebih rendah dibandingkan dengan tarif PPh final.
2. Wajib pajak tidak perlu membayar PPh pada masa yang akan datang setelah PPh dikenakan.
Kerugian PPh Tidak Final
1. Wajib pajak tidak dapat memotong PPh atas penghasilan tersebut pada masa yang akan datang.
2. PPh tidak final tidak dapat dianggap sebagai biaya yang dapat dikurangkan dalam perhitungan laba rugi pada penghasilan yang dikenakan PPh.
Dalam mengelola keuangan, ketentuan perpajakan memang perlu dipahami dengan baik. Salah satunya adalah memahami contoh PPh tidak final. Dengan memahami PPh tidak final, kamu dapat mengetahui jenis PPh mana yang perlu dibayarkan dan bagaimana cara menghitungnya. Namun, kamu juga perlu mengetahui keuntungan dan kerugian PPh tidak final sehingga dapat membuat keputusan yang bijak dalam mengelola keuangan.